Program Makanan Bergizi Gratis Disorot LHI, Diduga Basi hingga Ditolak Dua Sekolah

Notification

×

Tag Terpopuler

Program Makanan Bergizi Gratis Disorot LHI, Diduga Basi hingga Ditolak Dua Sekolah

Selasa, 30 September 2025 | September 30, 2025 WIB Last Updated 2025-09-30T23:57:30Z


Soppeng, Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang semestinya menjadi penopang gizi bagi peserta didik di Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi Selatan, justru menuai sorotan tajam. 


Pasalnya, makanan siang yang disalurkan Yayasan Pendidikan Sandi selaku pengelola program di Kecamatan Marioriwawo diduga dalam kondisi tidak layak konsumsi.


Informasi yang dihimpun media menyebutkan, setidaknya dua sekolah di wilayah Takalalla menolak konsumsi tersebut pada Selasa, 30 September 2025. 


Penolakan dilakukan karena makanan yang datang diduga sudah basi.


“Sekolah MTs DDI Watu dan MI DDI Jampu-Jampu menolak makanan hari ini karena diduga basi,” ungkap seorang sumber terpercaya.


Adapun jumlah siswa penerima manfaat program MBG di MTs DDI Watu tercatat sebanyak 52 orang, sementara di MI DDI Jampu-Jampu sebanyak 75 orang.


Kasus ini memunculkan kekhawatiran baru mengenai kualitas pengelolaan MBG yang digadang-gadang menjadi penunjang konsentrasi belajar. 


Alih-alih meningkatkan kesejahteraan siswa, distribusi makanan yang tidak layak justru berisiko mengganggu kesehatan mereka.


Ketua Investigasi Monitoring Lembaga HAM Indonesia (LHI), Mahmud Cambang, menegaskan bahwa masalah ini harus dipandang serius. 


Menurutnya, isu makanan basi bukan perkara sepele karena menyangkut hak dasar anak untuk mendapatkan makanan sehat.


“Ini bukan sekadar soal makanan basi, tapi soal tanggung jawab terhadap kesehatan dan kesejahteraan siswa,” tegas Mahmud.


Ia menuntut Yayasan Pendidikan Sandi melakukan evaluasi menyeluruh, mulai dari sistem pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi.


“Saya berharap pengelola lebih teliti dan profesional, agar kejadian seperti ini tidak terulang. Kita bicara tentang masa depan anak-anak, jangan sampai mereka jadi korban kelalaian,” tambahnya.


Program MBG sejatinya lahir untuk menekan angka gizi buruk serta mendukung peningkatan mutu pendidikan. 


Namun kasus dugaan makanan basi ini memperlihatkan adanya celah dalam sistem pengawasan yang patut dievaluasi serius agar tidak lagi menimbulkan kekecewaan, apalagi risiko kesehatan bagi siswa.


Hingga berita ini diterbitkan belum ada keterangan resmi dari ahli Gizi Yayasan Sandi, Gitavid Riza Anggeline S.Gz.


Meski demikian, Ketua Yayasan Sandi Amir Mahmud saat dikonfirmasi mengaku heran dengan adanya dugaan tersebut, pasalnya diperiksa CCTV dan ditanya Sopir tidak ada yang bercampur menu kemarin yang diketahui dengan menu nasi, lauk dan buah Semangka. 


Selain itu kata Dia, Sebelum penyajian menu pada selasa dengan buah pisang semua ompreng dicuci sebanyak 2.240 kemudian di jejer dan isi menu baru, bebernya yang masih kebingungan. 


Ia juga mengkonfirmasi pihak sekolah yang dimaksud, namun guru mengatakan bahwa hanya salah satu murid yang mengatakan basi, sehingga ada dugaan tersebut, tandas Amir yang hingga kini masih terus mencari sebab musababnya. 


(Tim)